Monday, September 3, 2012

Kufur Sebelum Syukur (Manusia)


Disebutkan perjalananku pada suatu desa di bawah naungan kerajaan, nama kerajaan itu adalah Utarakuru, disana hiduplah Raja Bengis gemar makan Manusia, Raja Utara namanya, tak akan mau dia memakan Daging manusia yang bukan rakyatnya.

Suatu senja yang temaram membisu namun selalu tersenyum, guratan merah rona masih terlihat dalam awang - awang dunia, menepis hilang warna merah, terduduk seorang yang bernama Drestarata Dia hidup serba tiada, sebatang kara juga, hidup baginya adalam kelam kelabu seperti halnya hamparan langit tiada cahaya, gelap nian hitam pekat, karena tersebutlah sepasang matanya mengalami Buta.

Terdengar gumaman lirih dari mulut kecilnya, "Ahhh", Begitu suara itu terdengar lirih merdu kasar, seperti halnya kesal yang menumpuk. Terdengar di kabar lain yang terbawa angin bahwa beliau adalah senantiasa berteman sabar.

Namun hingga kini tiada ku temui kata indah itu tergambar pada wajahnya, "Aneh" pikirku, dimana titik nilai orang sabar itu.

Menambah nyata rasa tak percayaku ketika sebongkah makian keluar dari mulutnya, "Yaa Tuhan adakah engkau maha adil yang selalu di puja, Kau ciptakan mata tiada pernah berguna, hitam kelabu, tiada mahkota di kepala, tiada harta yang kubawa, kau tambah sebatang kara pula, bosan aku dengan kehitaman, Kejamnya engkau Tuhan, adilmu hanya untuk mereka, tak pernah kurasa."
Begitu kata yang sedikit merasuk dalam gendangku, lamanya waktu suara makian itu mulai melemah seiring bertambahnya malam, hening sunyi kelam, baginya hidup ini begitu kejam apakah sekejam itu Tuhan. Tentu jawabku tidak.

Akupun tertidur dalam naungan angan menjumpai mimpi yang mungkin sudah kubeli tadi, terlelap ku di dalam sinar rembulan angan, waktu berjalan sendiri tanpa ku temani, tiba - tiba ku tersentak ketika terdengar jeritan langkah kuda "Prak".
Pengemis itu pun bangun dari tidurnya merasakan suara detak jantung langkah kuda, mendekat dan semakin mendekat disadarinya langkah itu berhenti tepat disampingnya, itulah suara punggawa kerajaan mencari buruan daging manusia untuk sarapan Raja Utara, Pengemis itu beranjak tak bisa apa, mau lari juga kemana, mau melihat juga hanya hitam pekat,  pasrah dia dalam gerak diam tak bisa apa.

"Tangkap Dia" sudah itu saja yang kudengar pada saat itu, "Aku tidak enak dagingku pahit", bela pengemis dengan iba, percuma teriak kata sejuta pun tak akan terdengar.
dibawanya pengemis itu untuk di dimasak, diam-diam aku mengikutinya dengan kudaku, sampai di kerajaan aku menyelinap masuk, di tendangnya pengemis dengan paksa masuk ke dalam ruang dapur raja, satu yang bisa ku tebak dalam hati pengemis pasti berkata "tuhan ini akhir hidupku Tolonglah aku", namun aku juga berpikir apakah ini balasan Tuhan terhadap makiannya, lamunan ku di buyarkan ketika teriak punggawa raja mengawal raja untuk menemui santapannya sebelum di masak.

"Kau bawa aku siapa wahai para punggawaku?", kata raja itu bengis.
"ini yang mulia, cuma ini yang hamba bawa", jawab punggawa dengan terduduk.
"Pengemis? Kau bawakan akau pengemis? Kau menghina Rajamu? Dengan makan daging pengemis pasti rasanya begitu pahit, kau ini bodoh atau apa, Mandi pun Dia tidak pernah belum jua penyakit yang ada pada dirinya!". Raja itu Murka.
"Bawa Dia pergi dari kerajaanku, Tak mau aku memakannya, dan kau menghinaku Kupancung kau". Tambah Raja dengan berlalu meninggalkan perintah pancung.

Dilepaskan pengemis itu dengan paksa keluar kerajaan dan selamat dari santapan sarapan Raja, Berakhirlah para punggawa itu dengan pancungan.

Dalam jauh dari kerajaan ku temui pengemis itu dan ku tanya "Hai apa yang ingin kau ucap sekarang?".
Sambil duduk termangu Dia berkata "Terima Kasih Tuhan, kau JADIKAN AKU BUTA tak akan jadi Sarapan Raja Utara, aku BERSYUKUR MENJAADI BUTA Tuhan, Maafkan Atas segala Umpatanku, Ku ketahui Engkau maha adil."

Dalam Diriku aku Berkata "Haruskah Kita Kufur baru Bersyukur, haruskah Kita pertama hancur baru berucap Syukur?".
Tapi Siapalah aku menghakimi orang, dan kulanjutkan perjalananku meninggalkan pengemis itu.

03 - 09 - 2012
HAN

Artikel Terkait



2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Maaf gan itu ada yang salah di bait kedua.. Kelebihan huruf a di salah satu awal katanya.. Trus di bawah ada kata Tuhan yang huruf 'T' nya kecil.. Sebaiknya dibenerin gan.. Tp critanya bagus gan.. Good job

    ReplyDelete

Tentang Jiwaku

My photo
Republik Gelap mencoba menggambarkan (Menjelaskan) tentang sisi lain dari kehidupan, Hitam bukan selalu Buruk, Dan Putih bukan selalu Baik. Di Blog ini Aku coba gambarkan tentang sebuah perasaan yang muncul pada suatu waktu, berupa tulisan, puisi atau cerita dalam bentuk wayang. Apabila ada kata yang dirasa kurang enak hal ini karena aku berusaha mengungkapkan seadanya, tanpa ditutupi.