Friday, August 3, 2012

[Sisi Lain] Dewa Ruci Dan Bima

Bima Dengan Dewa Ruci

Dewa Ruci, lakon klasik wayang kulit, pertemuan Bima dengan Tuhan… Satu-satunya tkoh wayang yang berjumpa dengan Tuhan semasa hidupnya.

Oleh Durna, Bima disuruh nyebur ke laut selatan. Kunti, Ibu Bima, nangis-nangis, “Jangan Bima! Kamu ditipu Durna!” tapi Bima tetap nekad.


Bima: “Kunti, Ibuku, bukankah kamu dulu bilang, siswa harus taat tanpa reserve pada guru? Jika Durna menipu, itu karma dia.” Lalu Kunti pingsan.

Kresna: “Kanjeng Ibu Kunti, dan kalian para Pandawa, kita hanya bisa berdoa. Biarkan Bima jalani niatnya.”

Menjelang cebur samudra selatan, Bima terhalang oleh ekor monyet. Bima minta monyet nggeser ekornya. Monyet: “Kamu geser aja.”

Bima langsung hendak geser ekor monyet. Juancuk! Ternyata dengan sekuat tenaga dan kesaktiannya, Bima tak mampu.

Monyet: “Hehehe,,Bima.. Makanya jangan angkuh! Merasa paling sakti. Aku adalah saudaramu, sesama anak Dewa Bayu. Aku Hanuman..”

Bima: “Haaaaaaa….hhhmmmm….. Juaaaaancuk kamu, Kakang Hanuman! Kenapa nggak bilang dari tadi…! Hhmm….

Hanuman: “Bima, aku serba putih ini ada maknanya. Zaman ini belum ada HP. Tapi, setiap Kresna hatinya jadi bening atau putih, aku pasti muncul.”

“Kresna, titisan Wisnu, minta aku sekali lagi bertanya.. apa tekadmu sudah bulat untuk ngikuti perintah guru majenun Durna?” lanjut Hanuman.

Bima: “Hmm…aku nekad. Apapun kata orang tentang Durna, Durna itu guruku.. Kalau dia menipuku, biar dosanya urusan dia sendiri.”

Hanuman: “ Bima, kamu kira tekad cukup ditunjukkan dengan kata-kata? Tunjukkan dengan perbuatanmu! Sanggup melawan aku?”

Bima: “Sanggup!”

Hanuman: “Tapi kamu tadi memindahkan ekorku aja gak kuat!”

Bima: “Karena tadi aku menyepelekan kamu.”

Hanuman: “Sekarang kamu ngrasa apa?”

Bima: “Aku ngrasa kamu sudah akan mateg Aji Mundri, yang dulu bisa memindahkan Gunung untuk bikin tanggul samudra Ayodya-Alengka.”

Hanuman: “Maka lawanlah Aji Mundriku, Bima!”

Keduanya berperang, tapi tak ada uang unggul sampai akhirnya dilerai Semar. Semar meminta Hanuman membiarkan Bima mencebur Samudra Selatan, mencari Tirta Amerta atas perintah Durna.

Di dasar Samudra, Bima bertemu ular naga, lalu bergulat. Bima berhasil dililit hingga menjelang pingsan… Bima rasa antara ada dan tiada.

Menjelang mati, Bima teringat punya kuku pancanaka.. Dia sobek mulut naga dengan kuku itu (liat avatar).. tiba-tiba naga melenyap. Lenyapnya naga berbarengan dengan munculnya sosok kecil sekali yang mirip Bima… Sosok kecil itu meminta Bima masuk ke dalam tubuhnya.

Bima: “Haaa…jangan sombong kamu bocah kecil.. Tubuhmu sekecil itu mana bisa memuat tubuhku!”

Si tubuh kecil mirip Bima: “Bima, jangankan cuma kamu seorang, seluruh semesta ini bisa masuk ke dalam perutku..karena aku adalah dirimu. Kenalilah dirimu, maka kau akan ketemu aku.”

“Jika kau sudah mengenal dirimu sendiri, seluruh alam semesta ini akan dapat kau kenali pula. Maka masuklah ke aku.” Tambah Si tubuh kecil mirip Bima.

Bima: “hhmmm….memang kamu siapa?”

Si tubuh kecil mirip Bima: “ Akulah Dewa Ruci..”

Seketika Bima untuk pertama kali dalam hidupnya menyembah. Bima tak pernah melakukan sembah sebelumnya, baik ke kakaknya, ke Kresna, ke guru-gurunya…ke siapapun.

Dewa Ruci: “Tahukah kau, Bima, mengapa bukan ahli sembahyang Yudistira dan ahli tapa Arjuna yang bisa ketemu Tuhan?”

“Karena kamu tidak pernah nyembah ke siapapun. Kamu juga selalu omong ngoko ke siapapun.” sambung Dewa Ruci.

“Dan kenapa kamu, Bima…? Bukan Kresna, Arjuna, Yudistira yang bisa ketemu Tuhan..? karena kamu tidak munafik.. kamu bisa ngomong Juaaaancuk!” tambah Dewa Ruci.

Dikutip dari mbah #Sudjiwotedjo

Artikel Terkait



No comments:

Post a Comment

Tentang Jiwaku

My photo
Republik Gelap mencoba menggambarkan (Menjelaskan) tentang sisi lain dari kehidupan, Hitam bukan selalu Buruk, Dan Putih bukan selalu Baik. Di Blog ini Aku coba gambarkan tentang sebuah perasaan yang muncul pada suatu waktu, berupa tulisan, puisi atau cerita dalam bentuk wayang. Apabila ada kata yang dirasa kurang enak hal ini karena aku berusaha mengungkapkan seadanya, tanpa ditutupi.